My Sticky Gadget

Bajuyuli baju muslim anak perempuan
Beranda · Self-engineering · bisnis · Memoar · Review Buku · Thoughts · Tentang Saya ·

ASI atau Susu Formula?

ASI atau susu formula untuk bayi baru lahir
ASI? Sufor?


Alhamdulillah puji syukur telah lahir ke dunia keturunan kami bernama Samudra Dipa Negara pada 10 April 2017. Pada kesempatan ini saya coba share tentang dilema antara ASI atau susu formula yang kami alami, dan mungkin hampir semua orang tua baru bakal mengalaminya.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa ASI untuk bayi adalah yang terbaik, MUTLAK. Mau dari sudut manapun ASI adalah yang terbaik, dari sisi Agama, Medis atau budaya. Kalau ada yang nemu teori tentang makanan untuk bayi yang lebih baik dari ASI silahkan bisa japri saya.

Meski ASI mutlak yang terbaik bagi bayi, tapi dalam umur anak kami yang baru 3 bulan ini kami menghadapi beberapa tantangan untuk memberikan ASI ekslusif untuk anak kami.

  1. Ketika baru lahir

Dipa lahir prematur 8 bulan dengan berat badan 1.990 kg, dan di-vonis “kuning” oleh dokter, sehingga menyebabkan Dipa harus menginap dulu beberapa hari di Rumah Sakit tanpa didampingi oleh ibunya. Kala itu ASI istri saya masih belum banyak, sehingga kami seakan-akan tidak punya pilihan lain selain menerima susu formula, ketika Dipa menginap di RS.

Padahal banyak teori yang bilang bahwa bayi baru lahir mampu tahan selama kurang lebih 3 hari tanpa diberi makan, tapi mungkin karena BB Dipa tergolong kecil, sehingga dokter mengharuskan memberikan susu formula.


Tentunya tiap saat kami coba untuk memerah ASI dari istri saya, tapi yang didapat hanya 5-10 ml saja per hari, dan menurut suster di RS ini masih kurang untuk Dipa.
Di hari ke-dua hasil lab menunjukkan “kuning” nya Dipa hampir mendekati normal, lalu kami memutuskan untuk membawa pulang saja, agar dapat diberikan ASI langsung oleh ibunya. Karena kami yakin ASI adalah obat terbaik untuk bayi.

  1. Menghadapi sang kakek & nenek

Selama masa cuti istri saya, kami memutuskan untuk tinggal bersama orang tua kami, dan kebetulan mereka PRO susu formula, karena mereka memberikan itu kepada anak-anak-nya, ucap mereka “sama sama saja antara ASI dan Susu Formula, toh badan anak papah mamah tetap saja besar dan sehat kan?” Pernyataan ini membuat saya skak-mat, memang benar dari segi hasil, anak yang diberikan susu formula atau full ASI terlihat sama sama saja, tapi saya masih sangat yakin bahwa ASI adalah yang terbaik.

Terkadang selama di sini, Dipa nangis kencang karena ASI tidak mencukupi, seringkali orang tua kami memberikan saran untuk segera membeli susu formula, tapi saya “kekeuh” tidak mau. Perdebatan saya dan orang tua kami ini membuat saya dan istri sering bertengkar, dan membuat tertekan istri saya, dan produksi ASI pun malah tidak naik-naik. Karena memang betul, faktor utama produksi ASI dari sang ibu adalah MOOD, mood bagus ASI banyak, mood jelek alias stress, ASI tidak produksi.

Untungnya, selama 2.5 bulan kami di sini, kami selalu mencoba untuk memerah ASI ketika Dipa tidak sedang nyusu. Dan hasil perahan tersebut langsung kami gunakan ketika Dipa nangis kelaparan. Dan kami berhasil untuk tidak memberikan susu formula ke Dipa.

  1. Menghadapi habisnya cuti sang ibu

Nah ini adalah momok yang mengerikan bagi semua ibu “berkarir”. Saat tulisan ini dutulis, sebenarnya istri saya belum mulai bekerja. Semenjak 2 minggu yang lalu, alhamdulillah, ASI istri saya melimpah ruah dan konsisten diperah, dan kami simpan di kulkas sebagai stok ASIP saat istri mulai kerja.

Faktor utama yang membuat keberlimpahan ASI istri saya adalah MOOD yang mulai konsisten “happy”, karena kami sudah pindah ke rumah kontrakan kami.

Saat ini stok ASI Perah yang ada di kulkas kami kurang lebih sebanyak 3,000 mL, mudah-mudah-an cukup.
Kami sudah sepakat, jika nanti ternyata ASI-Perah habis, kami terpaksa memberikan susu formula pada Dipa, mudah-mudah-an ini tidak terjadi, amin.



Sesungguhnya, pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan kepada bayi bukan hanya sekedar tentang keberterimaan gizi sang bayi, tapi orang tua juga ikut belajar bagaimana menjadi orang tua. Hikmah yang bisa kami dapatkan dalam mengusahakan ASI untuk anak kami diantaranya
  • Kami jadi mengatur pola makan sehat untuk sang ibu
  • Merencanakan managemen ASI dan ASIP yang baik
  • Istri mulai berfikir untuk resign demi pendidikan anak
  • Belajar management mood
  • Faham bahwa memberikan ASI adalah salah satu “bonding” terbaik antara ibu dan anak
Bagi anda orang tua baru dimanapun berada, ayo usahakan ASI sekuat tenaga, jangan gampang menyerah, karena tantangan untuk memberikan ASI eksklusif itu bisa datang dari mana saja, termasuk dari lingkaran terdekat kita. tetap semangat.

Bagikan :

Facebook Twitter