Saya sempat mengalami fase dimana saya selalu resist terhadap saran orang lain, apalagi kalau saran dari karyawan atau dari orang yang ga tau apa apa (menurut saya). Resist di sini artinya, hampir setiap pendapat dari mereka saya patahkan dengan apa yang ada di otak saya. Saya terlalu yakin bahwa orang itu salah, dan saya benar...
Ternyata....
Orang jadi malas beradu pendapat dengan saya, orang jadi takut adu argumen dengan saya, dan orang jadi males untuk mengemukakan apa yang diarasakan. ini bahaya sekali.. Saya jadi seperti pakai kacamata kuda. Organisasi jadi lambat. Organisasi jadi tidak berkembang. Iklim organisasi pun jadi tidak nyaman untuk bekerja.
ilustrasi sepakat |
Alhamdulillah saya sudah Insyaf dan tobat untuk hal ini, ya kira kira mungkin baru berjalan 2 bulanan lah. Sekarang saya lebih bisa mendengarkan anak buah saya, saya lebih bisa medengarkan partner saya, saya lebih bisa objektif memandang suatu pendapat, dan yang utama: iklim di perusahaan saya pun terasa jauh semakin positif.
Berikut hal hal yang saya lakukan, mudah2an bisa jadi tips buat anda.
1. Jangan pernah memotong pembicaraan
ini klasik dan klise, tapi ini betul! Jangan pernah, never ever, memotong pembicaraan orang yang sedang mengemukakan pendapatnya. Alasannya banyak banget: ini perilaku yang tidak sopan, khawatir orang jadi lupa apa yang ada di kepalanya, orang jadi takut untuk berpendapat, dan menunjukkan bahwa kita lebih superior daripada lawan bicara. ini buruk. Tidak ada alasan yang logis dan positif untuk memotong pembicaraan seseorang dalam hal apapun, diskusi kek, debat kek, dan masih banyak lagi
2. "oh ya bener juga"
Ini perkataan ampuh yang membuat lawan bicara kita merasa dihargai oleh kita. Lawan bicara akan merasa materi yang dia sampaikan itu berhasil, dan merasa tersanjung karena "baru" diketahui oleh si boss. wah ini positif banget.
hampir setiap saya melakukan "oh ya bener juga", karyawan atau tim saya malah tambah "rakus" untuk bicara. Semakin banyak yang dia keluarkan dari mulutnya, dan semakin banyak informasi yang bisa saya dapat. Muncul lah apa yang namanya keterbukaan.
hampir setiap saya melakukan "oh ya bener juga", karyawan atau tim saya malah tambah "rakus" untuk bicara. Semakin banyak yang dia keluarkan dari mulutnya, dan semakin banyak informasi yang bisa saya dapat. Muncul lah apa yang namanya keterbukaan.
3. kita bisa salah
Waktu saya belum "insyaf" saya selalu mematahkan apa yang menurut saya salah, dan mengemukakan apa yang menurut saya benar. Ini jangan dilakukan!
Kita bisa saja salah, dan anak buah bisa saja benar.
Didasari hal ini, sekarang setiap pendapat dari anak buah saya, selalu saya telan dulu, meskipun dalam hati rasanya berat sekali ingin mematahkannya. Sebenar apapun teori atau pengalaman yang kita punya, dan sesalah apapun pendapat dan saran yang masuk ke kita, TERIMA DULU!
Didasari hal ini, sekarang setiap pendapat dari anak buah saya, selalu saya telan dulu, meskipun dalam hati rasanya berat sekali ingin mematahkannya. Sebenar apapun teori atau pengalaman yang kita punya, dan sesalah apapun pendapat dan saran yang masuk ke kita, TERIMA DULU!
nanti di akhir pembicaraan, ungkapkanlah bahwa saran saran ini bakal "dicerna" dulu.
Dan lakukanlah analisis lagi atas saran tersebut.
Jika memang anda merasa benar, dan saran tersebut salah, maka ini ajang untuk menguji terus kebenaran yang anda yakini.
Jika memang anda merasa benar, dan saran tersebut salah, maka ini ajang untuk menguji terus kebenaran yang anda yakini.
Jika ternyata anda salah dan saran dari anak buah benar? ya bagus dong, jadi mendapatkan hal positif untuk perusahaan. Dari segi konteks jelas baik buat pekerjaan, dari segi hubungan boss-anak buah juga jadih lebih positif.
Nanti di lain hari, lakukanlah follow up dari diskusi yang terjadi. Nah di sini, baru bolehlah anda menyangkal saran saran dari anak buah anda, sampaikan dengan se-logis mungkin agar anak buah bisa menerima.
==
Alhamdulillah saya dikasih hidayah ini oleh Allah Azza wa Jalla, saya lihat pengalaman seperti ini baru akan dirasakan kalau udah bukan lagi leader level newbie, jadi saya berbangga diri saya sudah naik level dalam hal kepemimpinan saya.
Bagaimana dengan anda?
0 Response to "Pemimpin Harus Siap Sepakat"
Posting Komentar