Kalau kata Einstein sih gini:
“If I had an hour to solve a problem I’d spend 55 minutes thinking about the problem and five minutes thinking about solutions.”
keren ga tuh? kalau dari pemakaian waktu, itu ga setengah setengah ratio nya. Tapi 55:5 sekitar 10:1.
Ya memang terasa oleh saya juga, ketika saya menghadapi masalah yang kompleks. Solusi pertama yang saya lakukan adalah AMBIL KERTAS, tulis semua yang ada di otak di kertas tersebut. Tulis apa saja, meski ga nyambung sama si masalah, meski looping, pokoknya tulis.
Setelah ditulis, baru deh susun. Break down poin per poin. Kenapa bisa gini, kenapa bisa gitu, ini apa dampaknya, ini bisa dilakukan atau tidak, daaaannn seterusnya.. Biasanya di fase ini saya udah pakai mindmap digital (baca: https://www.garoblogz.com/2020/11/review-software-mindmap.html). Dulu sebelum pakai mindmap digital, sayat tulis di kertas, terlalu banyak corat coretnya, kadang di akhir nulis, malah jdi ga kebaca hehe...
Susun susun semua tulisan dan kotretan tersebut, sampai di akhir ketemu: what is the next action? when?
nah kalau pertanyaan itu udah bisa kejawab, udah enak, tinggal eksekusi aja..
Aslnya ga segampang itu sobat. hehe. Apalagi kalau next action nya berkaitan dengan pihak external... duhhh.... Kudu nunggu dulu jawaban, kudu nunggu dulu aksi dari pihak external, baru kita bisa maju.. Kadang saya suka kesal kalau menghadapi hal seperti ini. Sampai sekarang masih suka kesel! hehe... ujian kesabaran.
Hal seperti ini penting sekali, dan memang ga mudah.
Bahkan saya berhipotesa, sebarapa bagus daya analitik seseorang tergantung dari seberapa jago orang tersebut mendefinisikan masalahnya.
seringkali saya menemukan karyawan saya ketika terjadi trouble di kantor, "apa masalahnya?".. seringnya mereka bingung jawab apa. Padahal kalau kita cermati, pertanyaan "apa masalahnya?" hanyalah pertanyaan sebab akibat.. dan "senjata" 5whys udah oke banget utk mendefinisikan masalah yang linear.
Tapi bagi karyawan saya, itu ga semudah yang saya duga. utk yang lulusan SMA ke bawah, mereka memang tak terbiasa membangun pola pikir yang terstruktur, makannya pertanyaan "apa masalahnya?" akan jadi sulit dijawab. Karena pikirannya ke sana ke mari, tidak fokus ke penyebab pertama dari masalah tersebut.
Contoh realcase:
Kami menghadapi perhitungan produksi yang melenceng jauh.. ketika saya tanya apa masalahnya? kebanyakan bengong, dan takut dimarahi, saya "baca" dari mata karyawan bahwa mereka kebingungan.
Padahal bisa dirunut...
Produksi melenceng jauh --> karena data ada yang salah
kenapa data ada yang salah? --> karena salah input
kenapa salah input data? --> salah ngitung data
kenapa salah ngitung data? --> ga tau caranya yang bener
kenapa ga tau caranya yang bener? --> karena belum diajari
kenapa belum diajari? --> karena boss belum menjadwalkan
kenapa boss belum menjadwalkan? --> karena menganggap ini hal mudah
dst... dst.. dst..
sehingga kebanyakan memang ujung2nya yang salah itu adalah saya sebagai pemimpin...
--
wah konten ini cukup berat, padahal ngetik dengan "unconscious". hehe
semoga bermanfaat.
0 Response to "Definisikan Masalahmu"
Posting Komentar