Saya Googling singkat, katanya buku The Alchemist ini udah terjual 65jt kopi! dan kalau buku ini (The Monk Who Sold His Ferrari) terjual 3jt kopi.
The Monk Who Sold his Ferrari |
apakah The Alchemist lebih baik? belum tentu, tergantung yang baca..
Apa data itu akurat? kemungkinan besar ga akurat, karena saya cuma Googling singkat doang.
--
Buku ini bercerita tentang lawyer yang super duper sibuk duniawi, menemukan cara baru untuk menikmati hidup. Memberikan tips tips bagaimana menjalani hidup dengan baik dan menenangkan. Bagaimana cara menjadi persona yang produktif tanpa harus mengorbankan kesehatan, tanpa harus mengorbankan keluarga, dan lain sebagainya.
Jaid secara umum, buku ini seperti buku self-help, tapi dikemas dalam bentuk cerita, dikemas dalam bentuk bentuk fiksi.
Buku ini cocoknya untuk siapa?
- orang yang udah bekerja, dan workaholic.. yang masih ABG atau masih kuliah, ga akan terbayang dengan cerita di buku ini
- Orang yang kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi.
Buku ini tipis, hanya 197 halaman dengan dimensi yang kecil. Bahasanya cukup ringan dibaca, meskipun konteksnya cukup berat untuk dimengerti dan difahami.
--
Kalau dibandingin dengan The Alchemist, saya jauh lebih suka The Alchemist. Meski endingnya so-obvious, tapi alur ceritanya asik.. jadi emang novel ringan banget, dan seru.
Meski The Alchemist dan The Monk Who Sold His Ferrari ini sama sama dengan bahasa yang ringan, tapi konteksnya berbeda. Jadi ga aneh lah, jumlah terjualnya juga The Alchemist menang banyak.
0 Response to "Review Buku: The Monk Who Sold His Ferrari"
Posting Komentar